sudah banyak tentang tentang melahirkan di
Jepang dan di Indonesia. Tetapi kali ini mau sharing tentang sistem kerja
dokter spesialis kandungan di salah satu rumah sakit di Jepang dan salah satu
RS di Indonesia. Masing-masing sistem ada nilai positif dan negatifnya.
Sering dengar cerita kalau dokter perempuan
yang ingin ambil spesialis kandungan mundur setelah merasakan rotasi KOAS di
bagian kandungan karena dokter kandungan seperti harus siap 24 jam jika harus
ada ibu melahirkan. Apalagi kasus ibu melahirkan beraneka, ada yang memakan
waktu lama sejak pembukaan hingga melahirkan. Ada yang cepat. Tak jarang jika
saat periksa rutin, tiba-tiba dokter akan datang telat hingga berjam-jam dari
janjian yang sebelumnya karena ada kasus harus SC atau sedang ada pasiennya
yang melahirkan perlu ditangani intensif. Karena, dokter yang biasanya
memeriksa rutin otomatis menjadi dokter yang menangani saat melahirkan. Karena
tergantung dokter, sudah biasa ada istilah dokter pro normal dan dokter yang
cenderung SC. Namun, dengan demikian kita bisa memilih dokter perempuan atau
laki-laki terutama untuk pasien muslim.
Berbeda dengan di salah satu RS Jepang.
Dokter yang menangani saat melahirkan tergantung siapa yang waktu itu dapat
jadwal. Bisa dibilang ada dokter yang dapat jadwal untuk bagian kontrol dan ada
dokter yang dapat jadwal dibagian rawat inap melahirkan. Kalau misalkan ada
pasien yang datang ke RS, dokter biasanya dia kontrol, bisa berbeda dengan
dokter saat pertama masuk rumah sakit atau dokter yang menangani saat
melahirkan. Masuk RS untuk melahirkan tidak sembarangan sakit perut langsung
masuk RS. Ada 3 kategori yang boleh masuk RS. Pertama jika kontraksi sudah 5
menit sekali, air ketuban pecah atau pendarahan. Jika salah satu dari 3 syarat
itu belum dipenuhi maka harus pulang karena si ibu belum siap melahirkan. Jika
sudah dipenuhi maka akan diperiksa oleh dokter dan direkomendasikan oleh dokter
yang pada saat itu sedang berjaga. Sekali lagi, dokter yang merekomendasikan
ini belum tentu yang menangani saat melahirkan, tergantung pada siapa yang pada
saat itu kebagian jadwal jaga. Termasuk juga dengan bidannya. Untuk kasus
pribadi, kebetulan dokter yang biasa kontrol sama dengan dokter yang
merekomendasikan masuk rumah sakit. Tapi saat melahirkan berbeda.
RS buka berdasarkan jam kerja. Jadi sabtu
minggu libur. Jika misalkan ada yang sakit, saat libur, maka langsung menuju
bagian emergency. Jadi kalau misalkan melahirkan bukan pada saat jam kerja,
maka biayanya akan lebih mahal. Saat kontrol, dokter kandungan akan menyuruh
melakukan berbagai macam tes darah mulai dari gula darah, anemia, HIV, rubella,
kanker rahim, HCV, chlamydia, streptococcus, hormonal dll. Jika salah satu
mendekati limit normal, akan diperiksa lanjutan oleh dokter spesialis lain.
Misalkan kalau ada indikasi kanker rahim maka akan direkomendasikan tes
lanjutan (pap smear misalkan) oleh dokter spesialis kewanitaan. Kalau ada
indikasi gula darah akan dilakukan tes gula darah yang lebih teliti misalkan 1
jam sebelum minum jus, 1 jam setelah minum jus dan 2 jam setelah minum jus.
Semua data tersimpan rapi sehingga, dokter lain yang menangani selanjutnya bisa
membaca dengan mudah. Di kulkas ruang kontraksi, tertulis kalau hamil dan
melahirkan adalah proses alamiah dan normal bukan sakit. Sehingga kalau tidak
benar-benar perlu, proses SC tidak dilakukan karena SC adalah sakit. Meskipun
saat kontrol rutin bisa memilih dokter perempuan atau laki-laki, tetapi saat
melahirkan tidak bisa memilih dokter perempuan atau laki-laki yang menangani.
Karena kita tidak dapat menentukan kapan akan melahirkan.