Belajar bahasa Jepang kali ini tidak semudah beberapa semester yang lalu. Sepertinya, kesulitan antar level tidak dapat dilalui jika hanya mengandalkan bekal pengetahuan level sebelumnya. Harus berusaha lebih keras. Misalkan, di level 1 tidak terlalu sering mendengarkan penjelasan dalam bahasa Jepang, tiba-tiba di level 2 penjelasan jadi full bahasa Jepang.
Untuk semester ini, mengambil keputusan untuk tidak mengambil kelas menulis, mendengarkan dan berbicara, karena menurutku, kelas menulis akan bisa dilalui jika terbiasa membaca dan belajar kanji. Sedangkan kelas berbicara dan mendengarkan bisa praktek langsung di kehidupan sehari-hari yang lebih sering.
Kelas tata bahasa harus diulang lagi karena semester kemarin jarang masuk dan benar-benar sulit. Karena penjelasan tentang tata bahasanya dijelaskan dalam bahasa Jepang, bukan bahasa Inggris lagi. Kelas membaca sebenarnya ingin mengulang kembali, tetapi guru kelas level sebelumnya menyuruhku untuk mengambil level berikutnya. Sehingga, satu-satunya kelas yang masih bertahan sesuai dengan alur adalah kelas membaca.
Hari ini, hampir saja terlambat mengumpulkan PR. Saat mau memasukkan buku PR ke loker pengumpulan tugas, aku periksa kembali dan ternyata, ada beberapa yang belum terisi. Tidak bawa pulpen, tidak bawa dompet dan tidak bawa HP. Untungnya, di lobi aku menemukan pulpen yang memang digunakan untuk umum dan akhirnya aku pakai pulpen itu. Karena dikejar waktu, akhirnya mengerjakan PR dengan daya pikir 5%.
Kelas kanji, aku kembali mengulang karena ada banyak kanji yang meski aku tahu maknanya aku tidak tahu cara membacanya (lebih banyak cara membaca Cinanya).
Semakin kesini, kosa kata yang diturunkan dari bahasa Cina semakin banyak tetapi harus tetap optimis. Untuk apa kemudian belajar bahasa Jepang sedangkan bahasa ini tidak dipakai di negara lain, bahkan di PBB pun tidak digunakan. Bukankah lebih baik waktunya dipakai untuk belajar bahasa Arab atau Inggris. Entahlah, sepanjang pengamatan dan pengalaman. Saat memutuskan untuk belajar bahasa tertentu tetapi lingkungan tidak memungkinkan maka tanpa semangat yang keras, maka akan sangat lambat. Seperti saat aku dulu memutuskan untuk belajar bahasa Perancis di Indonesia secara otodidak. Makanya, karena di Jepang yang memungkinkan belajar bahasa secara GRATIS adalah bahasa Jepang, maka aku pilih bahasa Jepang. Jika kembali ke Indonesia, mungkin aku perlu mempertimbangkan lagi apakah akan menambah 1 bahasa lagi untuk dipelajari atau 2 bahasa lagi?
Masih bingung bahasa manakah yang dipelajari terlebih dahulu. Arab, Spanyol atau Perancis.