Jumat, 25 November 2016

Terima kasih guru

Sebenarnya saya tidak hafal kapan itu hari guru, tetapi, karena di group WA saya ada yang memposting selamat hari guru, maka saya jadi percaya kalau hari ini hari guru.

Mengenai hari guru, saya ingin berterima kasih sekali kepada guru MI dan MTs saya yang bernama Supangat. Guru matematika waktu MI dan Fisika waktu MTs. Atas berkat jasa beliau saya jadi bisa matematika. Juga karena seringnya saya disuguhi bakso waktu saya berkunjung ke rumah beliau. Saya juga berterima kasih kepada bu Eka yang mengajar biologi waktu MTs sehingga saya benar-benar jadi paham biologi dan menjadi pelajaran paling dimengerti waktu MTs.

Saya juga berterima kasih kepada pak Efendi yang memberikan motivasi untuk bisa terus mengenyam pendidikan dan menanamkan bahwa menimba ilmu lebih baik dibandingkan mengejar uang. Juga kepada pak Bahar yang mengajarkan kerja keras dan mengusulkan saya mendapatkan beasiswa penuh hingga lulus.

Kepada guru Fiqih, Bahasa Arab, Al Quran Hadist, Aqidah Akhlaq dan Sejarah Islam yang mengajarkan saya tentang Islam, meminta saya untuk merangkum buku-buku tersebut. Namun, 1 buku yang jarang saya gubris "bahasa Arab" dan menjadi penyesalan hingga saat ini. Harusnya lebih memperhatikan perintah beliau.

Saya juga berterima kasih kepada guru-guru Kimia, Fisika, Matematika dan Biologi SMA sejak kelas 1 sampai kelas 3 yang memberikan diskon besar-besaran kepada buku-buku yang saya butuhkan. Sungguh itu bantuan tak ternilai. Bahkan ada yang hampir gratis.

Juga kepada pak Mulyari (alm) yang membuka mata batin saya tentang matematika dan membantu mengelap otak saya sehingga cahaya bisa masuk. Nama beliau terdiri dari 2 kata, Mulya RI. Saya juga berterima kasih kepada pak Mansur (guru bahasa Indonesia) yang memberi seragam sekolah kepada saya waktu SMA.

Saya berterima kasih banyak kepada bu Aminah dan pak Trimo yang membantu dan memotivasi saya untuk lanjut perguruan tinggi dan mengusulkan saya ke beberapa beasiswa yang akhirnya mengantarkan saya masuk ITS dan mengubah jalan hidup saya.

Saya berterima kasih kepada guru-guru bahasa Inggris SMA saya, yang saya yakin mengelus dada melihat hasil ujian bahasa Inggris saya. Sungguh itu masa-masa sulit.




Kamis, 24 November 2016

Emak aku minum susu

Curhat siang hari.
Baca yang lengkap ya biar gak salah paham

Hari ini cukup spesial.
Pagi-pagi mau mandi, dari sudut kelambu jendela seperti ada yang turun. Putih, bersih, empuk. Dan dingin tentunya. Salju turun dan langsung hati bersorak senang. Meskipun istri tidak terlalu suka salju karena dingin katanya. Mungkin kalau dalam animal kingdom. Dia masuk kategori unta. Sedangkan aku masuk kategori rusa kutub yang ganteng.

Alhamdulillah, salju terus bertahan sampai siang.
Karena salju turun inilah, jadwal check up ke dokter dibatalkan sepihak oleh istri. Padahal gue sudah berusaha sekuat tenaga jiwa dan raga untuk pulang ke rumah setelah kelas Jepang selesai. Ternyata, "diputusin" secara sepihak memang menyakitkan.

Sebelum kembali ke kampus, disempatkan untuk minum susu. Susu disini tidak seperti susu di Indonesia kebanyakan. Susunya susu murni tanpa pemanis atau krim. Setara bear***** mungkin ya. Jadi, jika orang kampung (baca: saya) yang tidak pernah minum susu, sebaiknya jangan langsung aji mumpung, minum susu banyak-banyak seperti yang diajarkan ibu guru waktu SD. Makanlah makanan 4 sehat 5 sempurna. Orang seperti saya tidak cukup memiliki enzim laktase yang memecah gula laktosa. Akibatnya, laktosa akan masuk ke usus besar dan disana akan dicerna oleh bakteri dan menghasilkan gas. Tahulah, gas itu bakalan dibuang lewat mana. Masalahnya bukan gasnya. Tetapi teman-teman dari gas itu yang seringkali kurang sedap dipandang (gak usah dipikirkan ya).

Saya sudah tahu sebenarnya saya akan sakit perut saat minum susu tetapi, agar agak kekinian dan biar kayak orang kaya. Saya minum susu. Demi mendukung program 4 sehat 5 sempurna. Btw, susu saya tenyata basi. Kalau ditulisannya sih 20 November basinya. aka. 4 hari yang lalu. Maka drama sinetron pun terjadi. Minum susu yang benar sakit perut apalagi minum susu yang gak benar. Yang membuat semakin sinetron adalah saat toilet yang tersedia memakai tissue. 2 menit untuk acara buang hajat inti, 10 menit untuk bersih-bersih pakai tissue. Karena tidak biasa pakai tissue, maka kulit pintu keluar mungkin agak-agak lecet. Bayangkan kalau harus berkali-kali.

Kata teman harus disyukurin saja. Positifnya. Untunglah semua hanya kekhawatiran saja.








Rabu, 23 November 2016

warstek di jawapos

Kalau Anggun bilang, "saya terlahir untuk jadi penyanyi, bukan sebagai aktris."
Inspirasi itu yang membuatku dulu harus terpaksa mengatakan, "saya terlahir bukan sebagai pengusaha atau tokoh pergerakan"
Jadi sebenarnya, feel dan jiwa gw (baca: gue) tidak menemukan dunianya. Meskipun di asrama kami dididik untuk menjadi seorang pengusaha tetapi, didikan itu seperti tidak mempan. Mungkin karena aku sudah terlanjur bebal dan tidak mau belajar.

Satu hal yang terus saya pertahankan adalah. Saya tidak peduli meskipun para pembicara mengatakan A, B, C tentang kelebihan seorang pengusaha dibandingkan dengan bukan pengusaha dan 1, 2, 3 kelebihan jadi pemimpin dibandingkan dengan bukan pemimpin. Mungkin, ya itu tadi, aku terlahir untuk jadi karyawan dan bawahan dan sepertinya itu sudah cukup membuatku senang. Kalau dipaksakan, mungkin akan seperti menginstal windows 7 di laptop lenovo B490.

Dan alhamdulillah, beberapa tahun setelah lulus, bertemu dengan teman yang memiliki minat yang sama, Nur Abdillah Siddiq yang telah membantu banyak mewujudkan itu semua. Kami bertemu sejak tahun 2012 atau 2013 diperkenalkan oleh salah satu teman Fauzan 'Adziimaa (Jadi seperti mak comblang ya). Dan begitulah hingga terwujud yang namanya warstek.

Kemudian atas bantuan dan kerja keras dari Siddiq ini, warstek terus bertahan hingga saat ini. Terima kasih banyak atas segala kerja kerasnya. Salah satu hal yang menggembirakan dari warstek adalah kami diliput oleh media jawa pos. Gak seru-seru amat, tapi ini pengalaman pertama gw. Agak norak juga sebenarnya. Hehehe...












Rabu, 02 November 2016

mengapa kita harus jalan kaki?

Satu hal yang menjadi budaya di kampus Tsukuba (karena saya tidak tahu di kampus lainnya) adalah jalan kaki dan joging. Pak Guru saya sendiri adalah orang yang gila dengan kegiatan satu ini. Saat saya beliau bertanya keadaan istri saya saat pertama kali datang ke Jepang. Saya ceritakan bahwa istri saya di Indonesia seringnya naik motor, jadi saat diajak jalan ke kampus kecapekan. Kemudian beliau bertanya,
"memangnya jalan berapa kilo?"
"Ehmmm.... paling cuman 1 atau 2 kilo"
Beliau tertawa, aku juga lagi capek, tapi kemarin aku baru maraton beberapa puluh kilo.

Sebenarnya, memang menjadi sindiran tersendiri saat Sacha dalam salah satu episodenya mencontohnya bagaimana berperilaku seperti orang Indonesia adalah naik motor meskipun cuman untuk beberapa meter. Entah karena malas atau tidak mau buang waktu, yang agak tidak masuk akal karena ada yang naik motor untuk pergi buang waktu. Dalam tahun awal saya melangkahkan kaki pertama kali di salah satu kampus teknik di Surabaya, populasi roda dua tidak begitu memenuhi lahan parkir. Tetapi, dalam beberapa tahun saja meningkat drastis hingga perlu perluasan lahan. Lebih jauh lagi saat saya masih SMA. Awal saya masuk, lahan parkir masih terbagi dua, sebagian untuk sepeda kayuh. Tetapi di tahun ketiga saya sekolah, sepeda motor telah memenuhi bahkan lapangan basket, parkir sepeda kayuh dan halaman sekolah tempat kami melaksanakan upacara bendera. Budaya jalan ini menjadi lingkaran setan dengan mirisnya fasilitas untuk berjalan kaki. Lihat saja bagaimana saat kita berjalan kaki, akan lebih berbahaya dibandingkan dengan naik kendaraan.

Kemalasan bergerak ini sebenarnya telah mengundang banyak teman. Salah satunya masalah obesitas dan perut buncit untuk kaum pria. Salah satu teman menuturkan bahwa perut buncit adalah simbol kesuksesan seseorang. Saat dia sudah mapan dalam karir, pun dalam keluarga, para pria ini berlomba-lomba tak mau kalah dengan istrinya yang sedang hamil 6 bulan. Saya begitu kaget saat salah seorang teman yang masa mudanya cukup atletis (setidaknya di antara kita) dan berubah menjadi lebih menggemaskan bak bakpao.

Padahal, salah satu riset menemukan bahwa berjalan mampu meningkatkan rasa bahagia meskipun kita tidak sadar. Dalam salah satu penjelasan oleh Murat Dakilinc di TED-Ed, dijelaskan bahwa tubuh kita tidak didesain untuk duduk. Artinya, akan ada proses biokimia yang kurang baik saat kita terus menerus duduk. Penyakit yang sudah sering kita dengar adalah ambien bahkan sampai usus besarnya keluar. Selain itu, berjalan kaki memang lebih banyak membakar kalori sehingga membantu berat badan kita dalam rentang yang membahagiakan. Sally Augustin, PhD, salah seorang psikolog, mengatakan dalam tulisannya di psycology today bahwa berjalan mampu meningkatkan performa kognitif (yang kebanyakan orang Indonesia idamkan).

Saya akhirnya senang juga karena menemukan alasan dan pembelaan yang cocok untuk berjalan kaki. Karena sejak saya sekolah, saya lebih banyak jalan kaki dibandingkan naik motor. Kecuali nebeng teman. Bukan karena saya sejak dulu sudah tahu manfaat jalan kaki. Tetapi, karena tidak punya. Haha, tetapi. Akhirnya, saya lega dan bersyukur karena kebiasaan tersebut membuat saya terbiasa saat hidup di Jepang. Saya tidak perlu susah memulai kebiasaan jalan kaki dan setidaknya, membuat saya bangga dengan diri saya. Dan dengan demikian, ada hormon dopamin yang keluar dari otak saya.

Sekian. Selamat berjalan kaki.
Tips: Jangan lupa bawa air minum dan untuk kota tertentu bawa payung agar perawatan kulit anda tidak sia-sia.







Welcome to the jungle, kita tidak sendiri

Saat stress apalagi apabila ada masalah, beberapa merasa menyalahkan diri sendiri. Mengapa aku dilahirkan di tempat seperti ini misalkan. Bisa jadi pertanyaan, hanya aku saja yang rumah tangganya bermasalah sedangkan orang lain lancar-lancar saja. Semua dugaan itu mendorong kita semakin merasa sendirian.

Kita perlu ingat bahwa, setiap orang di muka bumi ini pasti mempunyai masalah. Hanya saja, orang lain selalu melihat kesuksesan dan kenyamanan dari orang lain. Pepatah mengatakan, rumput tetangga lebih hijau dari orang lain. Memahami bahwa orang lain sama beratnya dalam menghadapi masalah, akan mendorong kita merasa bahwa kita tidak sendirian. Kita dalam satu komunitas yang sama, yang sedang berjuang menyelesaikan masalah kita. Dalam Al Qur'an [1] disebutkan bahwa setiap orang akan diuji sesuai dengan kadar kekuatan mereka. Masalah yang sama yang datang terus menerus bisa jadi karena memang kita mampu menyelesaikan masalah itu. Sesuai dengan kemampuan dalam diri kita tidak berlebihan. Karena kita hidup dan memang beginilah kehidupan. Kadang ada belokan kadang ada jalan terjal. Drama Korea itu disukai karena memang "drama"nya. Jika dalam drama Korea jalan kehidupannya datar-datar saja, tidak ada cewek-cewek yang akan mewek saat menontonnya.

Dalam sebuah film "Person of Interest", Sameen Shaw mengatakan bahwa, kamu memang punya masalah yang besar, tapi lihat, semua orang juga punya masalah.

Jika kamu yang sedang membaca saat ini punya masalah. Maka,

"WELCOME TO THE REAL LIFE"

[1] Al Qur'an, Al Baqarah 286