Sejak beberapa tahun lalu, sebelum smartphone ada. Sudah agak jengkel dengan orang yang selalu sibuk dengan HP mereka. Lupa dengan orang disekitarnya. Sibuk kirim SMS saat naik motor, saat lampu merah, bahkan saat makan bersama sibuk dengan HP masing-masing.
Itulah mengapa, saat mulai ada smartphone tidak terlalu tertarik untuk memilikinya. Pun demikian dengan segala macam update dari smartphone. Salah satu keluarga menasehati bahwa, daripada digunakan untuk membeli smartphone hingga berjuta-juta. Lebih baik digunakan untuk membeli ternak, dapat beranak pinak. Atau membeli tanah yang harganya memang murah di desa.
Teman-teman mulai mengalihkan cara berkomunikasi dari SMS menjadi whatsapp. Kata mereka, internet lebih murah jika dihitung dari paket data yang digunakan. Memang lebih murah tetapi masalahnya adalah, kita membeli paket data yang memang tidak dibutuhkan oleh kita atau dibutuhkan tetapi bukan kebutuhan primer. Contohnya saja, yang awalnya hanya mengirim pesan hal-hal penting akhirnya sibuk berinternet ria karena merasa sisa data yang dipakai masih banyak. Bukankah justru membangun sifat konsumtif? Waktu yang biasa digunakan untuk bersosialisasi dengan orang sekitar menjadi hilang digunakan untuk media sosial.
Saya memang bukan orang yang merk oriented. Saat di Jepang, saya tidak terlalu tertarik untuk membeli produk iphone. Meski orang-orang mengatakan kalau iphone di Jepang lebih murah. Tetapi, jika dibandingkan dengan produk smartphone biasa, jauh lebih murah smartphone. Jika memiliki fungsi yang sama, untuk apa kita menghabiskan uang untuk membeli merk? Kecuali kalau misalkan dari segi kualitas jauh berbeda.
Dan saat diluncurkannya game pokemon, saya tiadk terlalu berminat untuk download dan memainkan game ini. Kepada mereka yang bermain game dan bertanya kenapa saya tidak main game pokemon. Saya katakan saja bahwa HP saya tidak nyaman kalau misalkan digunakan untuk bermain game.
Kejengkelan saya dengan game pokemon dan para gadget addicted ini semakin bertambah saat saya, pergi berbelanja dan menemukan hal yang diluar kebiasaan di taman. Ayah dan anak tidak lagi bermain bersama, tetapi sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Sepasang suami-istri atau pacar tidak lagi berjalan sambil ngobrol menatap satu sama lain atau bergandengan tangan. Tetapi masing-masing sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Pun demikian dengan sekumpulan remaja, mereka sibuk dengan gadgetnya masing-masing.
Kadang saya bertanya dalam hati. Seandainya mereka telah berhasil mengumpulkan pokemon, terus kenapa? Orang senang bermain game karena memang ada hormon yang berperan. Mereka akan merasa puas setelah game terselesaikan. Tetapi, hormon yang sama juga akan dilepaskan saat sedang olah raga. Maka, daripada digunakan untuk game, lebih baik digunakan untuk berolah raga atau bagi yang sedang belajar, cobalah untuk mengerjakan soal-soal sekolah. Karena, setiap selesai menyelesaikan soal-soal akan ada perasaan puas yang membuat ketagihan. Percayalah!