Selasa, 24 April 2012

Antara Pria dan Wanita


Mari kita tengok sejenak bagaimana kisah para sahabat. Yang oleh Rasulullah kisahkan, sebaik baik masa adalah masa para sahabat kemudian setelahnya (tabi'in) dan setelahnya (tabi'ut tabi'in). Maka, kisah para sahabat ini patutlah menjadi contoh dan pelajaran dalam keseharian kita.



“Sebaik-baik zaman adalah zamanku (zaman para sahabat), kemudian yang setelahnya (zaman tabi’in), kemudian yang setelahnya (zaman tabi’ut tabi’in).”

(HR. Bukhari no. 6429 dan Muslim no. 2533 hadits ini adalah Mutawatir, sebagaimana telah ditegaskan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Al-Ishobah I/12 dan Muanawiy dalam Faidhul Qadir III/478 serta disetujui oleh Al-Kataaniy dalam kitab Nadzmul Mutanatsir hal.127)

Kisah para sahabat tak hanya agar kita pengetahuan tentang sebuah sejarah dan membandingkannya pada masa sekarang sehingga mampu menyelesaikan masalah yang serupa. dari sini, kita juga dapat mempelajari bagaimana psikologis para sahabat itu, bagaimana mereka melakukan sebuah tindakan, yang jika hal itu terjadi pada zaman sekarang, mungkin akan dianggap konyol bahkan gila. Lihat saja, bagaimana seorang pemuda datang kepada Rasulullah SAW untuk meminta izin berzina yang diutarakan ditengah para sahabat. Tentu pada zaman sekarang orang itu akan dianggap sedikit stress. Namun, justru dari sini kita dapat belajar banyak tentang keberanian seorang sahabat yang benar-benar taat kepada Rasulullah SAW dan takut kepada Allah SWT sehingga, berani meminta izin untuk bermaksiat. Atau bagaimana Rasulullah SAW begitu bijaknya menjawab pertanyaan sang sahabat.
Dari sekian banyak kisah, ada beberapa yang saya tulis disini karena beberapa sebab. Yang pertama, tentu saja, menggelitik hati saya untuk menuliskannya. Yang kedua, karena kisah itu perlu dipelajari oleh banyak orang. Dan yang ketiga, semoga menjadi sebuah amal jariyah. Amin.

Kisah hijrahnya Ummu Salamah adalah kisah yang luar biasa. Jika kebanyakan dari kita berfokus pada sisi Ummu Salamah. Bagaimana perjuangannya untuk bisa hijrah ke Madinah. Bagaimana dia dan suaminya salah satu dari beberapa sahabat yang dua kali hijrah. Bagaimana kematian suaminya yang kemudian mendapatkan yang lebih baik yaitu Rasulullah SAW.
Disini, saya berusaha mengajak pembaca untuk melihat dari sisi yang lain. Sisi yang bisa dibilang terlupakan dari kisah perjalanan hijrah Ummu Salamah. Kisah ini sejatinya sekelumit. Namun, pada abad 21 ini mutlak perlu diketahui oleh para "kader dakwah"

beginilah dia ceritanya
Ummu Salamah radhiallahu ‘anha mengisahkan, ‘Dan saat itu, Bani al-Asad mengembalikan anakku. Aku kemudian mempersiapkan unta. Aku berangkat menuju Madinah seorang diri. [3] Tidak ada seorangpun yang menemaniku kecuali anakku. ‘ Ketika sampai di daerah at-Tan’im, Ummu Salamah berjumpa dengan ‘Utsman bin Thalhah bin Abu Thalhah dari bani Abdudaar. Ia berkata kepada Ummu Salamah, ‘Hendak pergi kemana wahai putri Abu Umayyah?’ Lalu Ummu Salamah menjawab, ‘Aku ingin menyusul suamiku di Madinah.’ Iapun balik bertanya, ‘ Apakah tidak ada seorangpun yang mengantarmu?’ Maka beliau menjawab, ‘Demi Allah tidak ada kecuali Allah dan anakku ini.’ Akhirnya ia bersedia mengantarkan Ummu Salamah sampai di Madinah. Maka berangkatlah ‘Utsman bin Thalhah dengan memegang tali kendali unta menemani Ummu Salamah ke Madinah . Ummu Salamah radhiallahu ‘anha menyatakan, ‘Demi Allah Tidak pernah aku berjalan bersama seorang lelaki Arab sama sekali yang aku lihat lebih memuliakan aku darinya. Waktu itu bila sampai disatu tempat untuk istirahat, maka ia menjauh dariku hingga aku turun dari untaku. Kemudian barulah ia menyingkirkan untaku dan mengikatnya di pohon, kemudian ia menjauh ke aarah satu pohon dan tidur dibawahnya. Apabila telah sampai waktu keberangkatan maka ia bangkit menuju untaku dan menuntunya kepadaku dan ia menjauh sambil bekrata: Naiklah! Apabila kau telah naik dan sudah berada diatas unta, maka ia datang mengambil tali kendalinya dan menuntunnya hingga turun istirahat disatu tempat. Ia melakukan hal demikian terus menerus hingga sampai kota Madinah. Saat ‘Utsman melihat perkampungan Bani ‘Amr bin ‘Aud di Quba’, Dia berkata, ‘Suamimu berada di kampung ini. Masuklah dengan barakah dari Allah!” Kemudian ‘Utsman bin Thalhah pun kembali ke Makkah.[4] Akhirnya Ummu Salamah radhiallahu ‘anha bisa berkumpul lagi dengan Abu Salamah.
Apa yang bisa anda ambil dari kisah ini?

Ya, Fokusan kita adalah pada Utsman bin Thalhah. Sahabat yang tidak terkenal saya rasa.  Ada cerita yang unik disana. Apalagi kalau bukan menjaga hijab antara laki - laki dan perempuan yang bukan mahram saat bepergian berdua. Baik, kita sedikit berpikir dan bermain - main dengan spekulasi
1.      Perjalanan dari Makkah menuju Madinah bukanlah perjalanan yang dekat. Apalagi ditempuh dengan mengendarai unta, tentu saja memakan waktu bukan berjam - jam. Bisa jadi berhari - hari. Selama perjalanan, hanya ada mereka berdua. Ingat! Syaitan tak pernah berputus asa untuk menggoda manusia. Maka dari itu. Harus dibentengi diri ini.
2.     Kisah ini, menggambarkan kita bagaimana caranya saat berkendaraan bersama perempuan. Tak perlu adanya perbuatan atau pembicaraan yang tidak perlu. Sekedarnya saja, karena hal - hal kecil bisa akan menjerumuskan kepada mendekati zina. Membentengi diri akan lebih baik. Preventif.
3.     Jika dalam benak anda berpendapat bahwa hal luar biasa seperti yang dilakukan Ustman bin Thalhah hanya bisa dilakukan oleh orang - orang yang sering disebut "Ustadz" atau yang mendekatinya, lalu*anda berpikir wajar saja jika dalam perjalanan sedikit bernakal - nakal. Maka, hapus saja pikiran itu. Logika anda salah. Karena, jika seorang sekelas Ustman bin Thalhah saja membuktikan perlindungan seketat itu. Maka bagaimana dengan anda yang lebih sering ababil (ABG Labil). Bukankah harus lebih kuat lagi bentengnya. Sayangnya, banyak yang beranggapan dengan logika yang total terbalik seperti ini. Hanya Ustadz yang bisa seperti itu bahkan sudah masuk dalam kelas hanya Ustadz yang seharusnya seperti itu. Na'udzubillah.
4.     Ini mengajarkan kita bagaimana cara menolong seorang perempuan yang tersesat. Cukup antarkan dia sampai tempat dia sudah bisa aman. Tak perlu berlebihan. Saat ‘Utsman melihat perkampungan Bani ‘Amr bin ‘Aud di Quba’, Dia berkata, ‘Suamimu berada di kampung ini. Masuklah dengan barakah dari Allah!” Kemudian ‘Utsman bin Thalhah pun kembali ke Makkah.[4] Akhirnya Ummu Salamah radhiallahu ‘anha bisa berkumpul lagi dengan Abu Salamah. Lihatlah bahwa Ustman tak turut serta masuk. Agar tak terjadi fitnah dan menjaga keikhlasan pertolongan kita. Tak perlu ada acara atau sesi curhat ditengah perjalanan. maka ia menjauh dariku hingga aku turun dari untaku. Kemudian barulah ia menyingkirkan untaku dan mengikatnya di pohon, kemudian ia menjauh ke aarah satu pohon dan tidur dibawahnya. Apalagi pakai tanya nomor Hp. Bagaimana keadaan keluarga dan sebagainya.

Semoga bermanfaat dan menjadi seorang lelaki sejati. dan Axhi Soleh, Bikin bidadari lupa diriDemi Allah Tidak pernah aku berjalan bersama seorang lelaki Arab sama sekali yang aku lihat lebih memuliakan aku darinya.