Minggu, 30 September 2012

Sukses bagiku





Sukses, berprestasi adalah harapan semua orang. Tidak ada yang tidak.
Setiap dari kita pasti bisa berprestasi dan menjadi sukses. Pada suatu kasus kecil. Di kehidupan kampus misalkan. Seorang mahasiswa dikatakan berprestasi dan sukses jika memiliki IPK cumlaude, aktif diberbagai kegiatan, menjadi orang penting di banyak organisasi, sering menjadi pembicara, memiliki hafalan Al-Qur'an yang banyak dan sering memenangi lomba.
Kadang kala, saat melihat itu sebagai ukuran. Dari kita sering minder. Karena, tidak semua mahasiswa bisa start dari titik tolak yang sama. Kadang, mereka yang beruntung lahir dari keluarga baik dan berada dan dari sekolah yang lumayan pada level tinggi akan lebih mudah menggapai apa yang saya tuliskan diatas. Lantas bagaimana dengan mahasiswa yang berasal dari desa, tak tahu apa - apa?

Mari kita definisikan kembali apa itu sebenarnya prestasi dan apa sebenarnya sukses itu.
Menurut hemat saya prestasi atau kesuksesan bukan seberapa besar yang dapat kita capai. Jika seorang anak yang dilahirkan di keluarga pesantren dan ustadz tentu dia akan lebih tahu masalah agama dari pada anak yang dilahirkan dari keluarga non muslim. Prestasi itu seberapa besarkah percepatan yang dilakukan. Seberapa besar perubahan yang telah digapai. Seberapa berat proses yang dialami,  itu yang menjadi point penting. Jika sekarang kita adalah mahasiswa atau orang yang biasa - biasa saja. Tidak perlu berkecil hati. Jika sekarang dirimu adalah mahasiswa atau orang terbaik dimasamu. Jangan dulu berbangga diri. Kita evaluasi setiap detik yang dilakukan apakah lebih baik, stagnan atau bahkan menurun. Apakah semua yang diraih murni dari jerih payah ataukah karena warisan dari orang lain?.

Bagi mereka yang sedang galau ingin bertaubat dan ingin menjadi manusia atau pemuda terbaik. Insya Allah bisa. Jangan berkecil hati dan merasa putus dengan rakhmat Allah SWT. Kau insya Allah bisa menjadi manusia terbaik. Bukankah Umar bin Khattab bahkan pernah mengubur putrinya saat zaman Jahiliyah namun dia memiliki percepatan yang luar biasa sehingga syaitanpun takut padanya. Mari kita membuat ukuran prestasi ini.

Kamis, 20 September 2012

Definisikan Medan Dakwahmu!



Kalau kita bermain bola, maka yang menjadi pemenang adalah siapa yang lebih banyak memasukkan bola. Dalam pertandingan tinju yang menjadi pemenang adalah siapa yang lebih banyak mengumpulkan point. Namun, nampaknya tidak berlaku dalam perang. Sayangnya dakwah ini ibaratkan sebuah perang. Sebagaimana perang, maka yang menjadi pemenang adalah siapa yang mampu bertahan berdiri tegak diakhir. Tidak peduli seberapa banyak luka yang membuka saat pertempuran. Tidak peduli seberapa banyak daging yang teriris. Pemenang adalah mereka yang mampu bertahan hingga akhir.



Untuk bisa bertahan hingga akhir, maka pemahaman seorang prajurit tentang medan pertempuran sangat penting. Medan pertempuran tidak sebatas pada tempat pertempuran. Itu mencakup seberapa lama pertempuran akan berlangsung, jumlah kekuatan lawan dan faktor strategis lainnya. Aktifis dakwah harus memahami itu. Mendefinisikan medan dakwahnya untuk bisa tegak hingga akhir pertempuran.

Seorang yang tidak mampu mendefinisikan medan pertempuran tidak mampu lagi kemana dia berdakwah. Kasus - kasus aktifis yang jadi pengangguran setelah tidak lagi menjabat adalah contoh dari seorang aktifis yang tidak mampu mendefinisikan medan dakwahnya. Seorang aktifis S2 misalkan. Di rumahnya karena dia study maka tidak menerima amanah dengan alasan lebih banyak di kota tempat study. Di tempat study karena tiap pekan pulang juga tidak menerima amanah karena sering pulang. Seperti seorang prajurit yang kehilangan keberanian dan seperti harimau yang kehilangan gigi dan kukunya.

Mari kita mendefinisikan medan dakwah kita, seluas dan sebesar apa.
Setelah mendefinisikan medan dakwah. Lantas tingkatkan kapasitas diri untuk luas medan dakwah yang telah didefinisikan. Banyak para aktifis yang menjadi lebay karena baru saja memegang amanah ini. Banyak para aktifis yang justru mengabaikan amanah orang tua untuk masuk kuliah. Tak jarang bahkan aktifis mengabaikan tilawah, sholat malam, sholat dhuha karena lelahnya melaksanakan kegiatan sebuah amanah.
Tiap hari muka dilipat serius saat bertemu saudaranya seolah - olah memberi pesan. "Saya ini sedang sibuk! tolong jangan ganggu". Sungguh! Rasulullah SAW yang mengurusi ummat dan masih dalam tahap pendirian Islam saja masih bersinar - sinar wajahnya saat bertemu dengan para sahabat. Jadikan setiap orang yang kita temui justru sebagai rekan kerja bahkan aset yang akan membantu menolong menjalankan amanah dakwah kita. Kapasitas jiwa kita tergantung dari seberapa dekatnya kita kepada Allah SWT. Maka sholat malam bermunajat pada Allah menjadi sesuatu yang wajib seperti minum, makan, tidur, mandi yang menjadi kebutuhan dan tidak pernah merasa lelah saat melaksanakannya.
Wallahu'alam






Menjadi ADK berprestasi (Akar sekaligus Buah)



Ada yang bertanya atau mereka - reka untuk apa sebenarnya seorang aktivis dakwah memiliki IPK cumlaude, ikut banyak pelatihan, menang berbagai lomba, terpilih dalam banyak kompetisi di berbagai negara. Untuk apa sebenarnya bersusah - susah mengkonsep strategi agar banyak aktifis dakwah yang berprestasi. Apakah hanya sebagai "gaya-gayaan"? pamer sana pamer sini bahwa, kita (baca: lembaga kajian) juga punya staff berprestasi. Apakah hanya sebagai syarat saja bahwa Islam itu adalah agama yang syumul sehingga terpaksa jalan dakwah satu ini diharuskan ada. Sekedar ada.



Ada juga yang ragu untuk mempublikasikan dirinya berprestasi. Memilih menjadi akar yang menutrisi semua bagian. Yang berjuang mengelana dalam gelap untuk menjadi sumber kehidupan bagi yang lain. Menjadi akar yang mengokohkan pohon saat badai menerpa. Terjaga dan butir - butir riya'. Terbebas dari bercak - bercak ingin dipuji dan disanjung. Seperti sebuah kamar yang berlampu. Nyala lampu yang terang akan mengunjang jejalang - jejalang kesombongan bahwa saya yang terbaik.

Benarkah demikian?

Sungguh, kita telah lupa bagaimana kehidupan ulama zaman dulu. Mereka adalah para ilmuwan - ilmuwan yang jika digambarkan mereka hidup saat ini pastilah mereka salah satu dari para ilmuwan berkaca mata tebal itu. Peran dakwah keilmuwan itu tak hanya sekedar menjadi "service" bagi para aktifis dakwah agar mereka juga berprestasi sebagai konsekuensi mereka bergerak di lini lain. Dia memiliki peran strategis yang tak pernah dan tak bisa digantikan oleh lini lainnya. Apalagi saat kita hidup di kampus.

Sebatang pohon yang hanya kuat tinggi besar tanpa menghasilkan buah seperti pohon beringin. Tak terlalu berguna. Manisnya dakwah dan manisnya agama ini diperoleh dari buah. Dari buahlah manusia hingga hewan  merasakan manfaat dari sebatang pohon. Demikian juga dengan lampu, tak selamanya gelap itu menyenangkan. Justru dalam teranglah kita bisa bersenandung dengan ayat - ayat Al-Qur'an. Justru dalam teranglah kita banyak belajar.

Dalam dunia perkuliahan kita memerlukan para aktifis prestatif sebagai branding lembaga dakwahnya. Bahwa lembaga dakwah memacu prestasi sehingga semakin didukung oleh birokrasi. Para aktifis dakwah akan menjadi terkenal, dekat dan akhirnya terpercaya saat keluar masuk rektorat, ruang dosen, ruang administrasi dengan alasan menang lomba ini, izin jadi perwakilan ke negara ini, tentunya ini akan lebih mendatangkan senyuman di wajah mereka daripada sekedar keluar masuk untuk minta dana, ada masalah kegiatan atau lainnya.

Di kehidupan juga demikian. Bayangkan jika lulusan keguruan tidak paham cara mengajar. Jika lulusan sastra bahkan tidak mampu membuat sebait puisi. Lulusan kedokteran malah mal praktek. Lulusan teknik mesin bahkan lupa apa itu mesin. Kawan. Ketahuilah, sebagus apapun sebuah undang - undang atau sistem yang dibuat jika para pelakunya tidak tahu adab akan jadi sekedar peraturan. Lihat saja peraturan dilarang merokok di lingkungan pendidikan, tempat umum seperti kendaraan. Bayangkan saja jika para guru tidak diisi oleh para aktifis dakwah. Para prefesional yang dulunya aktifis penting dalam menjaga program itu berjalan dan dilakukan sebagaimana seharusnya. Jika mereka tidak ada dan diisi oleh yang lain. Maka, segala peraturan yang dibuat dengan debat berhari - hari itu menjadi tidak penting.
Wallahu'alam







Rabu, 05 September 2012

Buka Bersama Para Ikhwan




 


Alhamdulillah Ramadhan sudah datang. Dan seperti tahun – tahun sebelumnya, buka bersama adalah moment penting yang tidak boleh terlewat walau Cuma sekali. Selain bisa menambah pahala buat yang bersedia jadi donatur (he he he), juga bisa ajang mempererat ukhuwah atau persaudaraan. Sebenarnya kita – kita gak mau kalah sama para cewek – cewek.


Kita ngadain acara buka tapi masak sendiri. Menunya ayam opor dan tempe kering. Sebenarnya saya baru kali ini loh buat kedua masakan itu. Nekat juga. Resepnya cari aja di internet.
Sebenarnya gw mau belanja waktu pagi hari. Tapi, biasalah, waktu bulan puasa yang namanya mata tak bisa diajak kompromi waktu pagi. Ngantuk banget. Tidur deh dan baru bangun jam 10an. Agak pesimis masih ada gak pedagang dipasar yang jual ayam. Nekat aja. Nanti kalau tidak ada ayam pakai telur aja. Akhirnya berangkat dan dengan senang hati masih ada walau stok terakhir. Nah, bodohnya gw lupa kalau belum ngambil uang di ATM, Cuma bawa dompet dong. He he he. Dengan minta maaf gw tinggal tuh pedagang meluncur ke ATM buat ambil duit.

Setelah belanja ayam gw belanja bumbu – bumbu. Karena gak tahu harga dan takaran. Gw main beli aja serba seribu. Ada yang dua ribu. Benar deh bumbu – bumbu itu gak proporsional. Ada yang kebanyakan ada yang terlalu sedikit. Tambah lagi penjualnya pendengarannya bermasalah. Karena gw gak tahu yang mana kunyit dan yang mana laos. Akhirnya gw percaya aja. Semua sudah terbeli. Eh, ternyata pas waktu masak ada bumbu yang kurang. Jadinya harus bolak balik beli. Untung ada firqi, maktum dan afif yang bersedia bolak balik beli bumbu.



Karena, jarang masak. Kita gak tahu waktu masak berapa lama. Jadinya baru dimulai jam 16.00 padahal maghrib jam 17.20, he he he... langsung kita kerja secepat kilat. Di bantu mas cahyo masak dan buat bumbu. Oh ya, satu lagi. Gw kira kan ayam setengah kilo itu banyak. Beli kelapa buat santannya dua buah. Kwaaaaaaa. Satu kelapa akhirnya terbuang sia – sia. Hik hik hik
Setelah masakan selesai. Kan sedap banget tuh baunya. Merasa berhasil gw cium – cium aja tuh yang namanya kering tempe sampai tanpa terasa iler (air liur) gw jatuh ke masakan. Toleh kanan kiri. Gw aduk aja lagi. Anggap aja bumbu rahasia penambah cita rasa.




Setelah semua lauk hampir matang. Ealah baru sadar kalau belum masak nasi!!!
Padahal maghrib tinggal sepuluh menit lagi. Langsung ambil langkah cepat. Buru – buru cuci beras. Biar cepat kita panaskan air dulu dengan nyala full. Ini tips untuk masak cepat. Setelah itu baru beras dan air panas kita masukkan ke dalam magiccom.
Dan Alhamdulillah semua siap pada saatnya.

TARAAAAAAAA!!!!!!!!!!!











Sabtu, 01 September 2012

Perkenalan


Sebenarnya saya lahir dengan nama "Sulaiman Yahya" salah satu dari Rasul Allah. Namun, karena banyak yang memanggil dengan nama "Yehye" yang terdengar jelek, nama saya diubah menjadi Abdul Halim. Abdul artinya Hamba dan Halim adalah salah satu asmaul husna, yang artinya Maha Penyantun.

Saya lahir di desa di Kabupaten Jember dari keluarga keturunan Madura dan Sunda, saya adalah keturunan ketujuh kalau dari suku Madura dan entah keturunan 3 atau 4 atau keberapa kalau dari suku Sunda, pada tanggal 6 Januari. Kelahiran saya tidak dibantu oleh bidan di puskesmas atau rumah sakit. Cukup oleh dukun beranak di kampung. Saya pernah mengalami trauma dengan yang namanya cabe dan semua jenis makanan yang mengandung cabe. Bahkan, mencium bau cabe membuat saya menangis. Saat pertama pindah ke Surabaya untuk kuliah, saya sempat khawatir akan shock makanan karena takut warung - warung di Surabaya tidak ada yang menjual makanan tanpa dibubuhi cabe sebijipun. Tetapi sekarang sudah terbiasa makan pedas asalkan bukan yang pedasnya lebay. Yang sampai ada level-levelnya. Cukup pedas manusia normal saja.

Pertanyaan yang sulit saya jawab saat ditanya saya anak keberapa. Ayah saya pernah menikah dan memiliki 3 orang anak, dengan demikian saya anak ke 4. Namun, ibu saya juga pernah menikah dan memiliki seorang anak, dengan demikian saya anak ke 2. Namun, dari keduanya saya anak pertama dari 2 orang bersaudara. Jadi kami ada 6 orang saudara ditambah 3 orang saudara angkat.

Masa sekolah sejak MI (SD) sampai MTs (SMP) dihabiskan di desa dan SMA di kota kecamatan. Kemudian pindah ke Surabaya untuk kuliah, singgah ke Kediri untuk belajar bahasa Inggris yang amburadul, pindah ke Gresik karena diterima kerja kemudian pindah ke Surabaya lagi untuk kuliah lagi. Pindah ke Bandung karena bekerja, sempat pindah ke Cikarang tetapi akhirnya pindah Bandung lagi, kemudian terakhir pindah ke Tsukuba.  Aktifitas saat ini sedang kuliah. Belajar bahasa Inggris dan Jepang. Bahasa Inggris saya masih amburadul dan blepotan sana sini. Tidak usah dibahas karena memalukan. Hobi memasak, naik sepeda, membaca novel, berkebun kecil-kecilan. Masakan seringnya tidak enak karena seringnya coba-coba dan asal jadi. Ingin sih punya buku sendiri, tetapi karena gak rajin nulis gak jadi-jadi. Ada sih yang sudah jadi karena takut kontroversi jadinya untuk koleksi pribadi.

Pernah bercita-cita jadi ilmuwan sekelas Sir Isaac Newton atau Neils Bohr tetapi sepertinya susah terwujud jadi saya switch dapat kerja yang bagus aja Alhamdulillah. Pernah punya mimpi punya penampilan seperti Mike Lewis tetapi memang cuma mimpi aja. Ya sudah bersyukur saja dengan yang sekarang.

Punya motto salah satu ayat Al Qur'an. Sempat diubah karena sepertinya terlalu panjang dan terlalu keren. Apalagi salah satu kakak kelas yang super keren punya motto yang sama. Kurang percaya diri.