IPB, Institut Pertanian Bogor. Entah apapun tujuannya dibentukknya PTN ini, namun jika kita melihat namanya saja sudah barang tentu sangat jelas. Yaitu bidang pertanian. Melahirkan insinyur – insiyur bidang pertanian. Pertanian ini dalam arti luas yang terpenting adalah pengolahan makhluk hidup (tanaman, hewan atau mikroba) untuk kesejahteraan manusia. Jadi, peternakan, perikanan sekaligus pertanian sendiri masuk dalam kategori pertanian.
Indonesia adalah negara agraris dan maritim. Luas wilayahnya sebagian besar laut yang berarti potensi perikanan sangat besar. Dari sisi daratan sebagian besar wilayah indonesia adalah hutan, persawahan dan perkebunan. Penduduk indonesia juga sebagian besar hidup dari bertani. Lalu, mengapa kemudian indonesia masih saja mengimpor beras, garam dan bahan makanan lain jika ternyata potensi kita cukup besar. Ibaratnya mati kelaparan di lumbung padi.
Ini sebenarnya pertanyaan besar yang harus diselesaikan bersama. Tidak hanya didiskusikan dan di cari jawabannya. Harus diselesaikan dengan aksi nyata. Coba kita sesekali melihat kondisi dari petani indonesia. bersilaturrahmilah kalian para pejabat terutama DPR ke mereka. Jangan Cuma bisa bersilaturrahmi ke luar negeri. Coba kalian lihat bagaimana kehidupan petani – petani di Indonesia. saya rasa, jika seminggu saja para DPR itu hidup bersama dengan para petani saya jamin, mereka akan mendapatkan ilmu seribu kali lebih banyak dari pada belajar ke luar negeri plus tambahan hati nurani yang tersadar.
Baik, kita lupakan saja para wakil rakyat itu dengan ulah mereka. Kita kembali pada diri kita sendiri, para pemuda. Sudahkan para pemuda itu sadar dengan masa depan daerahnya? Setidaknya memikirkannya. Jika dirinya berkesempatan menutut ilmu lebih tinggi dari pemuda lain di desanya, akankah dia akan memikirkan teman – temannya itu atau hanya memikirkan memperoleh gaji besar setelah lulus nanti. Ironisnya, ada banyak pemuda cerdas intelektual dari desa yang tidak cerdas emotional. Kebanyakan mereka akan memilih tinggal di kota – kota industri karena memang kita akui lapangan pekerjaan terbuka lebar. Bandingkan dengan di desa yang fasilitasnya serba terjepit sedangkan lapangan kerja serba tipis. Nah! Disinilah kehebatannya. Pemuda biasa akan menyerah. Sedangkan pemuda luar biasa tidak akan pernah menyerah walaupun kondisinya sangat sulit. Mereka tidak akan terbuai dengan glamornya kehidupan dunia, karena sesungguhnya hati mereka berkata bukan untuk itu mereka hidup. Mereka tidak hidup tidak hanya untuk hari ini saja namun, mereka hidup untuk masa depan. Pikiran, jiwa dan hati mereka punya visi yang panjang jauh melampaui umur mereka. Maka, jangan heran jika pemuda – pemuda ini memang sedikit jumlahnya.
Di awal saya menyebutkan IPB. Lantas apa hubungannya. IPB yang setiap tahun meluluskan para insinyur muda ratusan orang di bidang pertanian sebenarnya adalah potensi luar biasa jika kita bisa memanagement mereka. Mengelola sumber daya pemuda menuju gerakan yang bersinergi dalam rangka membangun desa berbasis pertanian.
Manusia bisa hidup tanpa HP atau alat elektronik lain namun tak akan bertahan tanpa makanan. Maka, ketahanan pangan kita adalah ketahanan negara kita. Para insinyur pertanian itu adalah calon – calon pahlawan yang mereka mau atau tidak untuk terus menjadi pahlawan atau hanya menjadi pecundang dan budak uang. Memang sulit. Ya, memang sulit sekali. Namun, itu yang membedakan antara pahlawan dan pecundang.